August 14, 2011

PESAWAT SINAR-X

1 comments
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.

Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannya maka pesawat sinar-X dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis, meliputi:
(1) Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable);
(2) Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan
(3) Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery).

pesawat sinar-X diagnostik dapat dijadikan dalam 7 (tujuh) kelompok, meliputi:

1. Pesawat sinar-X portabel (Portable Radiographic Equipment)


2. Pesawat Sinar-X Mobile (Mobile Radiographic Equipment)


3. Pesawat Sinar-X Mamografi (Mammographic Equipment)


4. Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap/Besar (Major/Fixed Radiographic Equipment)


5. Pesawat Sinar-X Fluoroskopi (Fluoroscopic Equipment)


6. Pesawat Sinar-X Gigi (Dental Radiographic Equipment)


7. Pesawat Sinar-X CT- Scan (Computed Tomographic Equipment)


Pesawat sinar-X diagnostik untuk radiografi maupun fluoroskopi harus dipasang secara lengkap dengan memenuhi spesifikasi dan parameter keselamatan, antara lain meliputi:

a. Spesifikasi Radiografi

1. Wadah Tabung
- Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak lebih besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada jarak 1 m dari sumber radiasi sinar-X pada saat dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik.
- Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung untuk menunjukkan letak fokus.

2. Diafragma
- Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus dilengkapi dengan kolimator yang ada lampunya.
- Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu kolimatornya lebih baik yang berbentuk konus jika mungkin.
- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah tabung.
- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah hapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarak fokus ke film.

3. Filter 
- Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV harus mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau bawaan.
- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawat mammografi atau dental.
- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03 molybdenum (Mo) dalam berkas guna.
- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al.
- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5 mm Al.
- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga harus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.

4. Konus Khusus
- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian sehingga jarak fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat yang beroperasi di atas 60 kV dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk pesawat hingga 60 kV.
- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak kurang dari 7,5 cm pada bagian ujung konus.
- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak boleh melebihi ukuran 10 mm x 150 mm.
- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah penerimaan pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak boleh lebih dari 20 %.
- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma atau kolimasi
- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus mudah terlihat.

b. Spesifikasi Fluoroskopi

1. Tabung dan Filter Fluoroskopi
- Wadah tabung harus sesuai dengan tingkat kebocoran radiasi yang telah dijelaskan padapesawat radiografi.
- Berkas guna harus menggunakan total filter tidak kurang dari 2,0 mm Al untuk fluorokopi umum dan tidak kurang dari 2,5 mm Al untuk pemeriksaan kardiovaskuler

2. Kaca Timah Hitam Penahan Radiasi
- Kaca timah hitam yang ada pada screen fluoroskopi harus setara dengan 2,0 mm Pb untuk operasi hingga 100 kV.
- Untuk peralatan hingga ribuan volt maka timah hitam ekivalensinya 0,01 mm per kV.

3. Penutup Karet Timah Hitam
- Meja & penyangga pesawat sinar-X harus disediakan dengan perlengkapan proteksi radiasi Dokter Spesialis Radiologi (DSR) dan petugas lainnya.
- Tabir timah hitam ini tebalnya tidak kurang dari 0,5 mm dan ukurannya sesuai untuk melindungi DSR yang digantungkan :
(a) dari bawah screen hingga dapat menutupi kursi fluoroskopi dan
(b) dari ujung screen, terdekat ke DSR sehingga dapat menutupi bagian bawah hingga atas meja.
- Bucky slot harus disediakan dengan timah hitam setebal 0,5 mm pada bagian samping DSR

August 7, 2011

APAKAH MRI DAN USG AMAN??

0 comments
MRI adalah pencitraan radiology mutakhir yang memanfaatkan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radiofrekuensi (RF) dalam medan magnet kuat. Sedangkan USG atau Ultrasonografi adalah pencitraan yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi ( 2- 13 Mhz) untuk memperlihatkan gambaran organ-organ tubuh yang disebut Sonogram.

Dibandingkan dengan jenis pencitraan yang menggunakan radiasi ionisasi (Sinar-X atau radiasi pancaran dari bahan radioaktif), jelas kedua jenis pemeriksaan ini lebih aman, sehingga terkesan secara populer bahwa kedua jenis pemeriksaan ini aman sehingga tak ada keraguan dilakukan pemeriksaan berulang-ulang dalam waktu kapan saja, bahkan sebagian pemeriksaan misalnya melakukan pemeriksaan USG untuk mengambil print photo bayi dalam kandungan sebagai arsip keluarga dari bulan-bulan kehamilan telah menjadi sebagai suatu gaya hidup.The American Institute of Ultrasound in Medicine (AIUM) merilis pernyataan berikut ini:

"The AIUM sangat menetang penggunaan non medis dari ultrasound untuk tujuan psychososial atau tujuan-tujuan hiburan (entertainment purposes). Penggunaan baik 2 dimensi (2D) atau (3D) ultrasound hanya untuk melihat fetus, memperoleh gambar fetus, atau menentukan jenis kelamin (fetal gender) tanpa indikasi medis adalah tidak tepat serta tidak sesuai dengan praktek medis yang bertanggung jawab."

Dari kajian independen kedua jenis pemeriksaan tersebut tanpa dipengaruhi oleh perbandingan dengan pencitraan yang menggunakan radiasi ionisasi, apakah kedua jenis pemeriksaan ini betul-betul aman adalah merupakan topik yang menarik untuk dikaji .

Klasifikasi radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus.

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). Gelombang radiofrekuensi yang digunakan pada MRI adalah Radiasi non-pengion3.

Interaksi Radiasi dan Gelombang Ultrasound Dengan Medium Biologi

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.

Jenis Interaksi radiasi maupun gelombang ultrasound dengan tubuh (medium bilogi) dapat berupa :
1. Terjadi Pemantulan misalnya pada USG
2. Penyerapan
- Transfer energi
- Ionisasi
- Eksitasi
- Efek Fotolistrik, Compton, Produksi Pasangan.

Gelombang radiofrekuensi hanya akan memberikan transfer energi dan pada energi tertentu dapat mengeksitasi sedangkan Gelombang ultrasound akan diserap, dan dipantulkan. Dengan besarnya penyerapan tergantung pada koefisien serapan dari materi. Berikut jenis organ dan koefisien serapannya :

Gelombang radiofrekuensi hanya akan memberikan transfer energi dan pada energi tertentu dapat mengeksitasi sedangkan Gelombang ultrasound akan diserap, dan dipantulkan. Dengan besarnya penyerapan tergantung pada koefisien serapan dari materi. Berikut jenis organ dan koefisien serapannya :
Organ Koefisien serapan (cm-1)
Otot 0,13
Lemak 0,05
Otak 0,11
Tulang 0,4
Air 2,5 x 10-4

Beberapa efek dari gelombang radiofrekuensi dan ultrasound dapat dibagi dalam tiga kelompok utama yaitu :

1. Efek Gelombang ultrasound

Meskipun ultrasound sendiri tidak menghasilkan audible noise, vibrasi sekunder dapat menghasilkan noise sebesar 100 decibels, meyebabkan fetus untuk bergerak. Efek lain yang sepenuhya belum dipahami betul meliputi pembentukan gelembung-gelembung kecil dalam jaringan (suatu proses yang dikenal dengan sebutan cavitation), menginduksi aliran dalam cairan tubuh serta menghasilkan creation sejumlah zat-zat beracun (toxic chemicals)4.

Menurut suatu penelitian tahun 1998 suhu meningkat sekitar 4.5 degrees Centigrade (8.1 derajat Fahrenheit) yang diukur pada otak fetus yang diperiksa selam 2 menit dengan USG Doppler5. Penelitian lain menunjukkan efek merugikan pada divisi sel dalam sumsum tulang yang sedang dipapar ultrasound.

Pada Oktober 2004, Pasko Rakic, Kepala Bagian Neurobiology pada Yale University, mengumumkan bahwa dia dan koleganya telah menemukan kelainan dari migrasi normal sel-sel dalam otak fetus selama dipapar dengan ultrasound. Rakic sedang melakukan penelitian yang berbiaya $3 miliar untuk melihat efek yang sama yang terjadi pada kera selama kehamilan. Pada manusia, gangguan semacam itu biasanya dijumpai akibat virus, mutasi gen dan pemakian obat-obat tertentu yang diperkirakan menyebakan autisme maupun ketidak mampuan belajar7. Pada penelitian-penelitian lain terhadap yang telah terpapar ultrasound dicurigai terjadinya gangguan pertumbuhan, dyslexia, dan keterlambatan berbicara8.

Efek dari Interaksi gelombang suara dengan tubuh sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya adalah perbedaan respon sel (tulang berbeda dengan otot). Tulang sangat sensitive terhadap panas akibat ultrasound: kepala fetus pada trimester ketiga memanas hingga 50 kali lebih cepat dibandingkan jaringan otak yang berarti jaringan otak yang terbungkus tulang tengkorak, seperti pada kelenjar pituitary dan hypothalamus, rentang terhadap resiko sekunder kenaikan suhu9.

2. Efek Interaksi Gelombang radiofrekuensi

Termal efek
Terjadi kenaikan suhu (panas) pada jaringan. Sirkulasi darah otak mampu membuang kelebihan panas dengan meningkatkan aliran darah local. Namun kornea mata tidak memiliki mekanisme regulasi temperature demikian sehingga dapat menyebabkan katarak premature yang biasanya banyak ditemukan pada teknisi yang bekerja pada high power radio transmitters. Telah di klaim bahwa kerusakan beberapa bagian mudah terjadi dengan kenaikan suhu terutama struktur anatomi dengan system vaskularisasi yang sedikit seperti serat saraf. Walau kemungkinan terjadi pada penggunaan radiofrekuensi pada pesawat MRI masih memerlukan penelitian mendalam.

Non-thermal effects
Catatan biophysicist Jerman Roland Glaser, telah membuktikan bahwa ada beberapa molekul thermoreceptor dalam sel, dan bahwa mereka mengaktifkan pemancaran messenger systems kedua dan ketiga, Mekanisme ekspresi gen dan produksi heat shock proteins untuk mempertahankan sel melawan metabolic cell stress yang disebabkan oleh panas. Peningkatan suhu yang menyebabkan perubahan ini sangat kecil .

Peneliti Swedia dari Universitas Lund, Salford, Brun, Perrson, Eberhardt and Malmgren, telah mempelajari efek-efek radiasi mikrowave pada otak tikus. Mereka menemukan kebocoran albumin ke dalam otak melalui suatu perembesan blood-brain barrier.

3. Efek Interaksi Medan Magnet .

Kemungkinan Efek merugikan dari paparan medan magnet pada pekerja magnetic resonance imaging (MRI), mengacu pada international guidelines on limiting occupational exposure to electromagnetic fields (EMFs), Health Protection Agensy (HPA), the World Health Organization (WHO) serta the International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) .

Berikut tiga kelas interaksi fisika medan magnet statis dengan system biologi yang telah di dukung oleh data eksperimental :
(1) Interaksi Elektrodinamika dengan arus konduksi. Arus ion berinteraksi dengan medan magnet static sebagai suatu hasil gaya Lorentz yang mendesak pergerakan pembawa muatan. Efek ini menimbulkan arus dan potensial listrik. Aliran potensial (arus konduksi) biasanya dihubungkan dengan kontraksi ventikel dan pemompaan darah ke dalam aorta.Interaksi Lorentz juga dihasilkan pada gaya magnetohydrodynamic force yang melawan aliran darah. Penurunan aliran darah aorta diestimasi hingga 10% pada 15 T.
(2) Efek Magnetomekanik.
(3) Efek pada electronic spin states dari reaksi intermedial. Beberapa kelasrekasi kimia organik dapat dipengaruhi oleh medan magnet static pada range 10 hingga 100mT sebagai suatu hasi dari efek pada electronic spin states dari reaksi intermedial. Suatu spin- berkorelasi dengan pasangan radikal yang mungkin merupakan rekombinasi dan mencegah pembentukan suatu produk reaksi. Kebanyakan penelitian menggunakan efek medan magnet pasangan radikal.

Sejumlah efek bilogis yang berbeda dari medan magnet statis telah dilakukan in vitro. Endpoints studi mencakup orientasi sel, aktifitas metabolisme sefisiologi membrane sel,ekspresi gen, pertumbuhan sel dan genotoksisitas.Terdapat evidensi bahwa medan magnet statis dapat mempengaruhi beberapa endpoints pada intensitas lebih rendah dari 1 T, dalam mT range.

Dalam studi epidemologi pada pekerja (operator MRI) dicurigai potensi munculnya kanker, perubahan haematologi, aberasi kromosom, reproductif outcomes, dan kelainan musculoskeletal. Percobaan pada binatang dalam laboratorium ditemukan gejala gangguan pada system saraf, jantung dan aliran darah serta system endokrin10,11.

sumber : ss-radiology

August 3, 2011

SILVER RECOVERY

2 comments
Silver recovery adalah suatu cara untuk mengambil perak dari larutan fixer. Ada beberapa cara melakukan recovery terutama yang sering dilakukan adalah:

1. Cara elektronic


Cara ini dilakukan dengan memasukan dua elektroda kedalam cairan fixer. Bahan untuk anoda digunakan carbon dan katoda dipakai stainless steel. Apabila kedua elektroda tersebut diberi beda tegangan maka logam perak akan mengendap dan melapisi batang katoda.

Ion negatif mono argenta dithiosulfat berasal dari disosiasi Na3Ag(s2O3)2 yang terdapat dalam cairan fixer. Karena ion mono argento dithiosulfat merupakan ion negatif maka cenderung untuk bergerak munuju anoda. Hanya sebagian kecil yang berdiasosiasi lagi menjadi ion perak(+) dan ion thiosulfat (-). Ion-ion perak (+) inilah yang akan bergerak menuju katoda dan mengendap pada katoda. Ada dua kelompok silver recovery cara elektrolisasi ini adalah

a. Dengan arus tinggi

Dengsan cara ini beda potensial antara kedua elektroda tidak boleh lebih dari 0,5 volt. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya proses sulfidasi dari komponen-komponen thiosulfat. Besarnya arus yang dialirkan pada proses ini berkiar antara 40 – 800 mA. Dalam hubungannya dengan dengan luas permukan katoda, maka kerapatan arus berkisar antara 1 – 2 mA untuk setiap cm2 yaitu (0.01 – 0,02 mA/cm2). Dengan demikian untuk luas permukaan katoda yang lebih besar akan memungkinkan penggunaan arus yang lebih besar. Apabila arus yang dialirkan terlalau kecil maka kecepatan pengendapan perak lambat dan clearing time cairan fixer akan naik, sedangkan apabila arus yang dialirkan terlalu besar maka kemungkinkan akan terjadi efek sullfidasi. Sulfidasi ini akan diketahui apabila perak yang mengendap berwarna abu-abu agak hitam dan berfifat saling melepas. Disamping itu cairan fixer akan berwarna coklat kehitam-hitaman dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Silvel recovery elektrolisasi dengan arus lemah ini dapat pula disertai dengan agitasi ringan, dan hasil pengendapan perak dapat lebih baik dari tanpa agitasi.

b. Dengan arus rendah

Dengan ini arus yang di alirkan lebih rendah yaitu dapat mencapai 3 A, akan tetapi selama proses berlajalan harus disertai agitasi yang cukup besar. Hal ini dimaksudkan agar proses pengendapan kecepatannya lebih besar. Alat untuk silver rocevery ini terdari dati katoda(stainless steel) yang berbentuk sekrup dan dikelilingi oleh batang-batang sebagai anoda. Selama proses berjalan maka katoda terus berputar sehingga dapat terjadi agitasi terus menerus.

2. Cara pertukaran metal (metal exchange)

Apabila logam dasar seperti serbuk besi, seng dan kapas baja (steel wol) dimasukan kedalam larutan yang mengandung garam-garam perak, maka logam-logam dasar tersebut akan hancur dan reaksi ini dapat dipakai untuk mengadakan silver recovery terhadap cairan fixer yang tidak digunakan lagi.

Cara melakukannya:
Cairan fixer yang sudah terpakai yang banyak mengandung perak dialirkan melalui pipa yang masuk kedalam pasu dan bereaksi terhadap steel wol akan hancur larut kedalam cairan fixer menggantikan posisi dari perak, sedangkan peraknya sendiri akan mengendap. Cairan yang timbul dimana sudah tidak menganduk perak akan terus mengalir keluar daripada pasu lewat pipa dibagian atas pasu tersebut.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya sulfidasi selama silver recovery berlangsung:
a. Pengaruh besarnya arus
Dengan tidak disertai agitasi, maka bertambahnya arus listrik akan menimbulkan sulfidasi sehingga akan merusak cairan fixer. Tetapi dengan agitasi yang kuat maka pemakaian arus listrik dapat diperbesar.

b. Kadar perak yang terdapat fixer
Apabila silver recovery dilakukan pada fixer yang mempunyai kadar perak sedikit, maka akan cenderung terjadi sulfidasi terutama pada larutan fixer yang masih segar. Sehingga batasan minimun silver recovery elektrolit dapat dilakukan pada cairan fixer yang mengandung kadar perak 2 gr/liter.

c. Konsentrasi dari sulfit
Apabila dengan cairan fixer memiliki konsentrasi sulfit yang tinggi maka sedikit sekali kemungkinan terjadi sulfidasi walaupun komponen sulfit tersebut semakin berkurang sebagai akibat terjadinya oksidasi akan tetapi tidak akan mencapai batas yang krisis.

d. pH cairan
batas maksimum pH adalah 5, sehingga disamping menjamin berlangsungnya penyamakan emulsi film yang cukup,berfungsi pula menghindari sulfidasi.

Keuntungan menggunakan cara elektrolisasi adalah fixer masih dapat digunakan sedangkan dengan cara metal exchange fixernya tidak dapat digunakan lagi.

August 1, 2011

FAKTOR EKSPOSI

0 comments
Faktor eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper ) dan s ( second ) . kV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung Roentgen. KV akan menentukan Kualitas sinar - x. mA adalah suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas sinar - x.

1.     Tegangan listrik (kV)
Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung Roentgen. kV atau Tegangan listrik akan menentukan kualitas sinar-x dan daya tembus sinar-x, makin tinggi besaran tegangan listrik yang di gunakan makin besar pula daya tembusnya.

Dalam menentukan tegangan listrik sebaiknya menggunakan tegangan optimal yang mampu menghasilkan detail obyek tampak jelas. Hal-hal yang mempengaruhi tegangan tabung adalah :
a. Jenis pemotretan
b. Ketebalan obyek
c. Jarak pemotretan
d. Perlengkapan yang digunakan

Efek yang terjadi sehubungan dengan kenaikan tegangan listrik (kV) adalah
a.Energi radiasi sinar-x akan meningkat, sehingga densitas pada film akan menigkat
b. Mengurangi kontras obye
c. Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat meningkat

      2. Arus dan waktu (mAs)

Arus dan waktu adalah pekalian arus listrik (mA) dan waktu exposi (s), yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi. Dalam setiap pemotretan pada berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan waktu tertentu. Pada dasarnya arus tabung yang dipilih adalah pada mA yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh pesawat, agar waktu exposi dapat sesingkat mungkin, sehingga dapat mencegah kekaburan gambar yang disebabkan oleh pergerakan. Waktu exposi yang relatif panjang digunakan pada teknik pemeriksaan yang khusus misalnya tomografi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran faktor eksposi adalah

1. Filter 

Pada umumnya tabung pesawat sinar-x diagnostik menggunakan filter inheret dan biasanya di tambah dengan filter tambahan berupa aluminium yang kalau di disatukan setara dengan 2 mm Al. Filter ini berfungsi menyaring radiasi yang lemah. Sedangkan pada pemotretan yang menggunakan tegangan yang rendah seperti pada teknik pemotretan mammografi, filter tambahan tidak diperlukan akan tetapi pada pemotretan tegangan tinggi. Filter tambahan perlu diperhitungkan.

2. Jarak pemotretan 

Jarak dalam pemotretan terdiri atas:
a. Jarak fokus ke obyek (FOD = focus obyek distance)
b. Jarak obyek ke film (OFD = obyek film distance)
    Bila OFD dijauhkan maka akan terjadi :
    - Geometric unsharpness meningkat
    - Magnifikasi (pembesaran) bertambah
c. Jarak fokus ke film ( FFD = focus film distance)
    Memperpanjang jarak fokus ke film dapat menyebabkan:
-Mengurangi ketidaktajaman (kekaburan) gambaran yang disebabkan oleh faktor geometrik.
-Mengurangi magnifikasi (pembesaran) pada gambar terutama pada pemotretan thorax.
- Mengurangi dosis kulit pada pasien.
- Menaikkan arus dan waktu (mAs).

Untuk menentukan besaran mAs tehadap perubahan FFD dapat menggunakan rumus dibawah ini : 
3. Luas lapangan penyinaran ( kolimasi)

Membatasi dan mengurangi luas lapangan penyinaran pada suatu pemotretan akan mengurangi jumlah radiasi hambur yang akan mempengaruhi kontras. Pembatasan kolimasi disesuaikan dengan kebutuhan klinis.

4. Ukuran fokus

Pada pesawat sinar-x diagnostik yang umum digunakan biasanya mempunyai dua ukuran fokus yaitu fokus besar dan fokus kecil. Fokus besar digunakan pada pemakain arus yang besar, sedangkan fokus kecil digunakan pada pemakain arus kecil. Gambaran yang dihasilkan fokus kecil lebih tajam dibandingkan dengan menggunakan fokus besar.

5. Film dan lembaran penguat (IS)

Kombinasi film dan lembaran penguat harus dipilih dengan mempertimbangkan kebutuhan akan detail dan kontras yang optimum, serta penggunaan dosis radiasi sekecil mungkin. Biasanya digunakan kombinasi lembaran penguat kecepatan sedang dan film cepat,sehingga faktor eksposi dapat diperkecil.

6. Grid

Grid merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar jangan sampai ke film. Grid terdiri dari lajur-lajur lapisan tipis timbal yang di susun selang-seling diantara bahan yang tembus radiasi misalnya plastik dan kayu. Grid digunakan terutama pada pemotretan yang menggunakan mAs yang tinggi.

7. Jenis pemotretan

Faktor eksposi yang dipilih untuk suatu pemotretan tergantung pada :
a. Bagian tubuh yang akan diperiksa
b. Struktur yang akan difoto
c. Keadaan fisik pasien

8. Proses pengolahan film 

Setiap film harus diproses dengan teknik pengolahan film yang tepat, agar dihasilkan gambaran yang baik. Proses pengolahan film ada dua macam yaitu secara manual dan cara automatik. Faktor eksposi harus mempertimbangkan proses pencucian yang digunakan serta umur cairan pada proses pencucian film.

Selain faktor perlengkapan di atas faktor eksposi juga dipengaruhi juga oleh penggunaan gips pada pasien, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Gips basah (wet pop) mAs harus dinaikkan 4 kali dari biasa.
- Gips kering (dry pop) mAs harus dinaikkan 2 kali dari biasa.


Hubungan faktor eksposi dengan tebal tipisnya objek (rule of thumb). 
a) kV
Tiap bertambah atau berkurang 1 cm ketebalan objek tubuh maka kV yang digunakan harus ditambah atau dikurangi: 
2 kV jika kV < 80 kV 
3 kV jika kV antara 80 kV sampai dengan 100 kV 
4 kV jika kV > 100 kV 


Catatan: pada mAs tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap. 


Menurut teori Prof. Van Der Plats didalam bukunya Medical x-ray technic. Tiap kenaikan 1 cm kenaikan tebal tubuh penambahan kV yang digunakan adalah 5% dari semula. Misalnya kenaikan 3 cm dengan 50 kV mula-mula jadi kV yg akan yang gunakan adalah : 

1,05 x 1,05 x 1,05 = 1, 576 atau 1,16 
50 kV + (16% x 60) 
50 + 8 = 58 kV 


Catatan: pada mAs tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap. 


b) mAs 
Menurut Prof. Van Der Plats tiap tebal objek bertambah atau berkurang 1 cm maka mAs juga bertambah atau berkurang 25% 
contoh : 
tebal dari 17 cm ke 20 cm menggunakan 20 mAs, 
1,25 x 1,25 x 1,25 = 1,95 
20 mAs + (95% x 20) 
20 + 19 = 39 mAs 
Jadi mAs yg digunakan adalah 39 mAs 


Catatan: pada kV tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap. 


Hubungan penggunaan kV dengan mAs 

Tiap kenaikan 10 kV, mAs harus dikurangi 50% pada pemeriksaan radiologi antara 30 – 60 kV untuk mendapatkan hasil yang sama. 
Contoh : 
60 kV dan 20 mAs akan mendapatkan hasil yang sama dengan 70 kV dan 10 mAs 
Atau sebaliknya 
60 kV dan 20 mAs akan mendapatkan hasil yang sama dengan 50 kV dan 40 mAs 

Catatan: pada FFD tetap dan yang lainnya juga tetap. 

Email subscribe

Silakan masukan email sobat untuk berlangganan artikel GRATISS!!

Copyright © 2011 RADIOLOGI SCIENCES, All Right Reserved. Design by Java Templates Powered by Blogger

Tweet